Kamis, 11 Agustus 2016

Ketika "HATI' Kotor..Ucapan pun akan Kotor , karena ucapan adalah Gambaran HATI Pemiliknya




Ucapkanlah kepada orang lain kata-kata terbaik yang kalian senang jika mereka mengatakan itu kepadamu…


Jika ingin menaklukan dunia, mulailah dari memperbaiki cara berbicara, Jika berpendapat kepada siapapun, kemukakanlah pendapat  dengan tenang, tidak tergesa-gesa, tidak mendesak, dan tidak pula bersikap tegang. Hindarilah sikap banyak menentang dan mengkritik, karena sikap ini justru akan menghilangkan kerehatan pikiran  dan membuat kita jadi  tidak simpatik.

Ungkapkanlah pendapat dengan perlahan dan tenang, sehingga orang dapat mendengarkan dengan baik. Tinggalkanlah perdebatan dan pertentangan yang tiada gunanya seputar hal-hal yang masih belum pasti, karena hal ini akan menyempitkan dada dan mengeruhkan hati.
 Jangan sekali-kali kita  berupaya membuat orang lain mau menerima pendapat kita,  tentang berbagai masalah yang mempunyai banyak sudut pandang.

apakah kita  pernah sakit hati dengan kata2 orang lain sampai merasa dilecehkan dan dihina, padahal orang itu menganggap biasa saja…dan apakah kita sadar atau tidak,  pernah menyakiti orang lain dengan kata2 kita.. Tentu saja hal seperti itu sering terjadi dalam kehidupan kita..

Manusia cendrung bermusuhan dan defensif terhadap manusia lainnya, jika tidak memiliki rasa percaya kepada Tuhan dan juga percaya bahwa keadaan akan selalu berubah.
Kerasnya kehidupan sering menjadikan manusia saling menghancurkan sampai rela berperang hanya untuk mempertahankan dan membuat pernyataan pada diri sendiri bahwa "saya jangan dianggap enteng".
Penghargaan yang kita inginkan dari orang lain, sebenarnya bersumber dari sikap dan cara bicara kita kepada orang lain. Sangat banyak para pakar komunikasi menyampaikan hal ini kepada publik, para penceramah agama dan penasehat, namun kita tidak mampu menerapkan dalam diri kita, karena memang teori tidaklah segampang cara menerapkan, apalagi dalam hal harus menerima bahwa cara kita terkadang salah.
 Cara efektif Untuk mengubah pendapat orang tentang kita, sebenarnya hanya satu cara yaitu cara berbicara. Pernahkan kita terpesona melihat cara berpidato dari seorang pembesar, cara bicara seorang anak kecil atau cara menunjukkan kesalahan dari seorang pemimpin yang anda kagumi. Mungkin jika bukan mereka yang mengatakan, bahkan bisa tidak anda hiraukan sama sekali. Jadi bukan kata - katanya tapi cara menyampaikannya.

Cara berbicara yang baik selalu terbukti membuat banyak perubahan ke arah yang baik dan juga perubahan dalam hidup anda...jangan pernah merasa nyaman dengan sikap pemarah dan tidak menghargai orang lain, karena jangan2 itu merupakan hukuman Tuhan buat kita,sehingga kita dihindari orang lain...please!! Selalulah mengevaluasi diri. Tentu saja pendapat ini tidak bermaksud menggurui sama sekali, namun saling menasehati dalam kebaikan merupakan hal yang harus selalu kita bangun. Semakin lama semakin terasa bahwa kehidupan di sekitar kita sangat tidak ramah, sikap saling tidak ingin mengenal menjadi hal yang sangat biasa, membiarkan orang lain menderita bukan hal yang baru. Kehidupan akan hancur, jika kita tidak mampu menumbuhkan cara - cara efektif untuk membuat diri kita menjadi lebih baik dimata orang dan juga nyaman bagi diri kita sendiri. Sekali lagi...robahlah cara bicara!!!....maka Dunia akan berobah

seperti contoh contoh berikut, sepertinya biasa tapi efeknya tidak biasa :
 1. Saudara laki-laki bertanya kepada adik perempuannya, saat berkunjung, seminggu setelah saudara perempuannya itu melahirkan: "Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?" "Tidak ada." jawabnya pendek. Saudara laki-lakinya berkata lagi, "Masa sih, apa engkau tidak berharga di sisinya? Aku bahkan sering memberi hadiah untuk istriku walau tanpa alasan yang istimewa." Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk di rumah. Keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami dan istri ini terjadi perceraian. Dari mana sumber masalah? Kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki sang istri tadi

 2. Saat arisan seorang ibu bertanya: "Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit? Bukankah anak-anakmu banyak?” rumah yang tadinya terasa lapang, sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun menghilang, saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.

 3. Seorang teman bertanya: ''Berapa gajimu sebulan kerja di toko si fulan?" Ia menjawab, "1 juta rupiah." "Cuma 1 juta rupiah? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu? " Sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya. Ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko. Sayangnya pemilik toko menolak dan mem-PHK nya. Kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.

 4. Seseorang bertanya pada kakek tua: "Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan? " Si kakek menjawab, "Sebulan sekali." Sang penanya menimpali, "Wah keterlaluan sekali anak-anakmu itu. Di usia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering." Hati si Kakek menjadi sempit, padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anaknya. Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.

 Apa sebenarnya keuntungan yang kita peroleh ketika bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan di atas? Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain. Mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada apa yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka, dst…dst. Jika terus berperilaku seperti itu, kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi ini. Bila ada bom yang meledak, cobalah introspeksi diri. Bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbunya. Berkatalah yang baik2 saja, kalau tidak bisa menyenangkan orang lain, jangan lah menyakitinya…karena kata2 yang baik saja, jika di ucapkan kepada orang yang lagi berada dalam kondisi yang kurang baik, bisa ditanggapi dengan tidak baik, apalagi kalau kata2 kita dari awal negatif…
Bismillahirrahmanirrahim,,,,Berkatalah hanya dengan NamaNya yang Maha Kasih dan Maha Penyayang…

Sekedar renungan, untukku dan kelak di baca anakku Alden Hisyam Nizar


Jika ingin menaklukan dunia, mulailah dari memperbaiki cara berbicara




Ucapkanlah kepada orang lain kata-kata terbaik yang kalian senang jika mereka mengatakan itu kepadamu…


Jika ingin menaklukan dunia, mulailah dari memperbaiki cara berbicara, Jika berpendapat kepada siapapun, kemukakanlah pendapat  dengan tenang, tidak tergesa-gesa, tidak mendesak, dan tidak pula bersikap tegang. Hindarilah sikap banyak menentang dan mengkritik, karena sikap ini justru akan menghilangkan kerehatan pikiran  dan membuat kita jadi  tidak simpatik.

Ungkapkanlah pendapat dengan perlahan dan tenang, sehingga orang dapat mendengarkan dengan baik. Tinggalkanlah perdebatan dan pertentangan yang tiada gunanya seputar hal-hal yang masih belum pasti, karena hal ini akan menyempitkan dada dan mengeruhkan hati.
 Jangan sekali-kali kita  berupaya membuat orang lain mau menerima pendapat kita,  tentang berbagai masalah yang mempunyai banyak sudut pandang.

apakah kita  pernah sakit hati dengan kata2 orang lain sampai merasa dilecehkan dan dihina, padahal orang itu menganggap biasa saja…dan apakah kita sadar atau tidak,  pernah menyakiti orang lain dengan kata2 kita.. Tentu saja hal seperti itu sering terjadi dalam kehidupan kita..

Manusia cendrung bermusuhan dan defensif terhadap manusia lainnya, jika tidak memiliki rasa percaya kepada Tuhan dan juga percaya bahwa keadaan akan selalu berubah.
Kerasnya kehidupan sering menjadikan manusia saling menghancurkan sampai rela berperang hanya untuk mempertahankan dan membuat pernyataan pada diri sendiri bahwa "saya jangan dianggap enteng".
Penghargaan yang kita inginkan dari orang lain, sebenarnya bersumber dari sikap dan cara bicara kita kepada orang lain. Sangat banyak para pakar komunikasi menyampaikan hal ini kepada publik, para penceramah agama dan penasehat, namun kita tidak mampu menerapkan dalam diri kita, karena memang teori tidaklah segampang cara menerapkan, apalagi dalam hal harus menerima bahwa cara kita terkadang salah.

 Cara efektif Untuk mengubah pendapat orang tentang kita, sebenarnya hanya satu cara yaitu cara berbicara. Pernahkan kita terpesona melihat cara berpidato dari seorang pembesar, cara bicara seorang anak kecil atau cara menunjukkan kesalahan dari seorang pemimpin yang anda kagumi. Mungkin jika bukan mereka yang mengatakan, bahkan bisa tidak anda hiraukan sama sekali. Jadi bukan kata - katanya tapi cara menyampaikannya.

Cara berbicara yang baik selalu terbukti membuat banyak perubahan ke arah yang baik dan juga perubahan dalam hidup kita...jangan pernah merasa nyaman dengan sikap pemarah dan tidak menghargai orang lain, karena jangan2 itu merupakan hukuman Tuhan buat kita,sehingga kita dihindari orang lain...please!! Selalulah mengevaluasi diri. 

Tentu saja pendapat ini tidak bermaksud menggurui sama sekali, namun saling menasehati dalam kebaikan merupakan hal yang harus selalu kita bangun. 

Semakin lama semakin terasa bahwa kehidupan di sekitar kita sangat tidak ramah, sikap saling tidak ingin mengenal menjadi hal yang sangat biasa, membiarkan orang lain menderita bukan hal yang baru. Kehidupan akan hancur, jika kita tidak mampu menumbuhkan cara -

 cara efektif untuk membuat diri kita menjadi lebih baik dimata orang dan juga nyaman bagi diri kita sendiri. Sekali lagi...robahlah cara bicara!!!....maka Dunia akan berobah

seperti contoh contoh berikut, sepertinya biasa tapi efeknya tidak biasa :


 1. Saudara laki-laki bertanya kepada adik perempuannya, saat berkunjung, seminggu setelah saudara perempuannya itu melahirkan: "Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?" "Tidak ada." jawabnya pendek. Saudara laki-lakinya berkata lagi, "Masa sih, apa engkau tidak berharga di sisinya? Aku bahkan sering memberi hadiah untuk istriku walau tanpa alasan yang istimewa." Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk di rumah. Keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami dan istri ini terjadi perceraian. Dari mana sumber masalah? Kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki sang istri tadi

 2. Saat arisan seorang ibu bertanya: "Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit? Bukankah anak-anakmu banyak?” rumah yang tadinya terasa lapang, sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun menghilang, saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.

 3. Seorang teman bertanya: ''Berapa gajimu sebulan kerja di toko si fulan?" Ia menjawab, "1 juta rupiah." "Cuma 1 juta rupiah? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu? " Sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya. Ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko. Sayangnya pemilik toko menolak dan mem-PHK nya. Kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.

 4. Seseorang bertanya pada kakek tua: "Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan? " Si kakek menjawab, "Sebulan sekali." Sang penanya menimpali, "Wah keterlaluan sekali anak-anakmu itu. Di usia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering." Hati si Kakek menjadi sempit, padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anaknya. Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.

 Apa sebenarnya keuntungan yang kita peroleh ketika bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan di atas? Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain. Mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada apa yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka, dst…dst. Jika terus berperilaku seperti itu, kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi ini. Bila ada bom yang meledak, cobalah introspeksi diri. Bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbunya. Berkatalah yang baik2 saja, kalau tidak bisa menyenangkan orang lain, jangan lah menyakitinya…karena kata2 yang baik saja, jika di ucapkan kepada orang yang lagi berada dalam kondisi yang kurang baik, bisa ditanggapi dengan tidak baik, apalagi kalau kata2 kita dari awal negatif…

Bismillahirrahmanirrahim,,,,Berkatalah hanya dengan NamaNya yang Maha Kasih dan Maha Penyayang…

Sekedar renungan, untukku dan kelak di baca anakku Alden Hisyam Nizar